| Ritual pelaksanaan Yadnya Kasada yang sudah menjadi tradisi Masyarakat suku Tengger di seputar Gunung Bromo saat ini sedang mempersiapkan perayaan Yadnya Kasada. Demikian pula yang dilakukan masyarakat di beberapa desa di Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo.
Menurutnya, persiapan lain yang dilakukan oleh masyarakat suku Tengger di Probolinggo, Pasuruan, Malang dan Lumajang adalah memasang penjor, umbul-umbul serta perlengkapan perayaan lainnya. Kegiatan ini direncanakan berlangsung sehari penuh pada Jum’at (12/9) mendatang.
|
| Masyarakat Tengger dan Kebudayaannya |
|
Sejak ditemukannya prasasti Tengger bertahun 851 Saka (929 Masehi), diperkuat dengan Prasasti Penanjakan bertahun 1324 Saka (1402 Masehi), diketahui bahwa sebuah desa bernama Wandalit yang terletak di pegunungan Tengger dihuni oleh Hulun Hyang atau hamba Tuhan yang daerah sekitarnya disebut hila-hila suci.Oleh karena itu kawasan Tengger merupakan tanah perdikan istimewa yang dibebaskan dari pembayaran pajak oleh pusat pemerintahan di Majapahit.
Masyarakat Tengger juga dikenal jujur, patuh, dan rajin bekerja. Mereka hidup sederhana, tenteram, dan damai.Nyaris tanpa adanya keonaran, kekacauan, pertengkaran maupun pencurian. Suka bergotong royong dengan didukung oleh sikap toleransi yang tinggi, disertai sesuatu yang khas, karena senantiasa mengenakan kain sarung kemanapun mereka pergi. Selain itu, masyarakat Tengger masih percaya dengan roh halus, benda-benda gaib, tempat-tempat keramat serta berbagai mitos.
|
| Gunung Bromo Potensi Wisata Kabupaten Probolinggo |
| Panorama keindahan Gunung Bromo yang selalu mengundang minat para wisatawan Bromo bukan hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia, tetapi sudah menjadi agenda kunjungan wisata bagi masyarakat dunia. Tidak pernah sepi dari kunjungan para turis, bahkan mereka betah berhari-hari tinggal disana.
Wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terletak pada rangkaian pegunungan berapi yang merupakan salah satu dari rangkaian besar pegunungan yang terbentang sepanjang Pulau Jawa. Dibagian utara pegunungan Tengger terdapat kaldera Tengger yang sangat indah dan menarik. Garis tengahnya mencapai 8-10 kilometer, sedang dindingnya yang terjal tingginya antara 200–700 meter.
|
| Dandim 0820 Resmi Dilantik |
| Letkol Arh. Budhi Rianto resmi menjabat Komandan Kodim 0820 Probolinggo menggantikan Letkol Inf. Winaryanto Sawabi. Upacara serah terima jabatan (sertijab) dilaksanakan Senin (1/9) lalu di halaman Makodim Probolinggo. Kepala Staf Korem (Kasrem) 083 Baladika Jaya Letkol Inf. Iwan Haryono bertindak sebagai Inpsektur Upacara, sementara Danramil Dringu Kapten Inf. Matali sebagai Komandan Upacara. Danrem 083/BDJ Malang Kolonel Inf. Tatang Adi Cahyono melalui Kasrem meminta, segenap jajaran agar mampu menjalankan tugas wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan amanah. Dandim Budhi Rianto juga diminta meningkatkan kemampuan profesional terutama penguasaan ilmu pengetahuan dan ketrampilan pembinaan kewilayahan. ’Kita harapkan bersama agar kemanunggalan TNI dan rakyat dapat terwujud secara nyata. Supaya lahir pandangan yang sama dalam memajukan pembangunan wilayah secara aman dan kondusif,” harap Kasrem. Sertijab yang digelar mulai pukul 16.00 itu dihadiri oleh Muspida Kabupaten dan Kota Probolinggo. Diantaranya Wakil Bupati Probolinggo Salim Qurays, WaliKota Probolinggo Buchori, Muspika, dan Dandim jajaran Korem Malang beserta anggota Persit Kartika Candra Kirana, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan LSM. |
| Penghargaan Kinerja Legislasi DPRD Kabupaten Probolinggo |
Dua Perda dimaksud pertama, tentang Tunjangan Perangkat Desa dan kedua, tentang Tempat Pelelangan Ikan. Tahun 2008 ini, DPRD kembali menunjukkan kinerja legislasinya dengan mengajukan empat buah raperda prakarsa DPRD dan pada Selasa (2/9) lalu dua raperda diantaranya telah usai dibahas bersama Pemerintah Daerah dan disetujui menjadi Peraturan Daerah. Dua Perda dimaksud pertama, tentang Pajak Parkir dan kedua, Transparansi dan Partisipasi Perencanaan Pembangunan Kabupaten Probolinggo. Sementara itu, dari catatan Bromo Info raperda usulan ekskutif yang dibahas bersama DPRD dan ditetapkan menjadi Peraturan Daerah mulai Januari – Agustus 2008 sebanyak 11 Perda. Diluar dugaan, kinerja legislasi DPRD Kabupaten Probolinggo ini mendapatkan apresiasi dari Logal Governance Support Program (LGSP – USAID) yang selama ini dikenal memiliki komitmen dalam memberikan support program dalam penerapan good governance. Melalui event LGSP East Java Regional Officer Good Governance Cicati on 2008 di Ballroom Hotel Sheraton Surabaya (25/8) lalu, LGSP menganugerahkan enam penghargaan kepada Kabupaten Probolinggo. Ketua DPRD Timbul Prihanjoko, atas nama lembaga menerima penghargaan untuk kategori penggunaan inisiatif DPRD dalam pembentukan kebijakan publik. Lima penghargaan lainnya, dua diantaranya diterima Bupati Probolinggo Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si, berupa penghargaan untuk kategori perencanaan dan penganggaran daerah yang partisipatif dan penghargaan untuk kategori pengembangan ekonomi lokal. Penghargaan untuk kategori transparansi publik dan daya tanggap terhadap kebutuhan masyarakat diterimakan kepada Kepala Bappeda Tanto Walono. Kepala Bagian Kominfo Tutug Edi Utomo juga memperoleh penghargaan untuk kategori peran media lokal dalam mendukung pembangunan daerah atas kinerjanya dalam menyampaikan informasi pembangunan daerah kepada masyarakat melalui tabloid Bromo Info, radio Bromo Fm dan websitewww.probolinggokab.go.id serta media massa yang beredar di Kabupaten Probolinggo. Gus Dudung dan Singo Maruto dari Civil Society Organisation (CSO) juga memperoleh penghargaan untuk kategori partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Dina Limanto LGSP East Java Regional Officer mengatakan, salah satu tujuan pemberian penghargaan ini agar para pemangku kepentingan di Kabupaten Probolinggo secara berjenjang, bertingkat dan berlanjut memperjuangkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Beberapa poin penting dari Perda Transparansi dan Partisipasi Perencanaan Pembangunan diantaranya, Pemerintah Daerah dalam melaksanakan perencanaan pembangunan harus berdasarkan asas transparansi dan asas partisisipasi. Tujuan transparansi dalam perencanaan pembangunan diantaranya membuka akses masyarakat terhadap informasi publik. Tujuan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan adalah meningkatkan kesadaran,
Sementara poin penting dari Perda Pajak Parkir secara garis besar dibuat dalam rangka pembinaan, pengawasan, pengendalian dan penertiban serta memberikan perlindungan dan kepastian hukum serta peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Probolinggo
|
[hindu] Orang Tengger Sambut Yadnya Kasada
Masyarakat suku Tengger di Gunung Bromo Jawa Timur, "gugur
gunung" (bersama-sama) kerja bhakti membersihkan jalan untuk menyambut upacara
"Yadnya Kasada".
Wartono, Kepala Desa Wonokitri terpilih yang ditemui, Selasa (9/9), mengatakan,
mayarakat suku Tengger di Gunung Bromo akan melaksanakan Yadnya Kasada 15
September mendatang.
Sebagai persiapan prosesi ritual tersebut masyarakat suku Tengger di Desa
Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan melaksanakan kerja bhakti
secara gugur gunung (bersama-sama) membersihkan jalan desa.
Jalan desa yang dibersihkan meliputi jalan-jalan yang akan dilewati prosesi
Yadnya Kasada, yakni mulai dari Desa Wonokitri hingga puncak Gunung Bromo
sepanjang 14 km. Kerja bhati yang melibatkan ratusan warga telah berlangsung
dua hari sejak kemarin, dan diperkirakan akan selesai Rabu (10/9). Kerja bhakti
yang dilakukan rutin setiap menjelang upacara Yanya Kasada dikerjakan dengan
tulus tanpa pakasaan.
Wartono menjelaskan, puncak upacara Yadnya Kasada akan dilaksanakan di puncak
Gunung Bromo tanggal 16 September pukul 00.00 WIB. Namun untuk melaksanakan
upacara Yadnya Kasada, masyarakat suku Tengger akan melaksanakan sejumlah
upacara terlebih dulu.
Di antaranaya, upacara "mepek" yang akan dilaksanakan pada tanggal 14 September
malam. Upacara "mepek" merupakan upacara minta izin (pamitan) kepada yang
Mahakuasa Hyang Widi Wasa.
Selanjutnya, tanggal 15 September siang warga suku Tengger akan melaksanakan
upacara Tayuban di Pakis Bincil di bibir kaldera Gunung Bromo. Dilanjutkan,
puncaknya Yadnya Kasada, 15 September pukul 24.00 atau tanggal 16 pukul 00.00
WIB.
Saat itu seluruah warga suku Tengger di kawasan Gunung Bromo yang meliputi
wilayah Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan
Kabupaten Lumajang melaksanakan larung sejaji ke kawah Gunung Bromo.
Kepala Dinas Pariwiasata dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan, Suwarno yang
meninjau persiapan ke Gunung Bromo mengatakan, upacara Yadnya Kasada di Gunung
Bromo, secara nasional termasuk salah satu prioritas obyek wisata Jawa Timur
yang dikemas untuk menyambut "Visit Indonesia Year 2008".
Namun Suwarno mengakui, puncak upacara Yadnya Kasada yang bertepatan dengan
bulan Ramadan kurang menguntungkan untuk kegiatan wisata.
Ia memperkirakan, upacara Yadnya Kasada tahun ini kurang menyedot minat
wisatawan untuk berkunjung, sehingga Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan kini
juga melakukan persiapan penyambutan pengunjung secara sederhana, bahkan
sejumlah acara pendukung yang telah disiapkan sebelumnya juga ditunda
pelaksanaannya.
Menjelang puncak upacara Yadnya Kasada di pendapa Agung Wonokitri akan digelar
pentas seni tradisional suku Tengger. Namun pawai mobil "hardtop" yang biasa
digunakan untuk mengantar wisatawan akan digelar usai bulan Ramadan nanti.
Masyarakat Tengger Mulai 'Gugur Gunung' Sambut 'Kasada'
Masyarakat suku Tengger di Gunung Bromo Jawa Timur, "gugur gunung" (bersama-sama) kerja bhakti membersihkan jalan untuk menyambut upacara Yadnya Kasada.
Wartono, Kepala Desa Wonokitri terpilih yang ditemui, Selasa (9/9), mengatakan, masyarakat suku Tengger di Gunung Bromo akan melaksanakan Yadnya Kasada 15 September mendatang.
Sebagai persiapan prosesi ritual tersebut masyarakat suku Tengger di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan melaksanakan kerja bhakti secara gugur gunung (bersama-sama) membersihkan jalan desa.
Jalan desa yang dibersihkan meliputi jalan-jalan yang akan dilewati prosesi Yadnya Kasada, yakni mulai dari Desa Wonokitri hingga puncak Gunung Bromo sepanjang 14 km.
Kerja bhati yang melibatkan ratusan warga telah berlangsung dua hari sejak kemarin, dan diperkirakan akan selesai Rabu (10/9). Kerja bhakti yang dilakukan rutin setiap menjelang upacara Yanya Kasada dikerjakan dengan tulus tanpa paksaan.
Wartono menjelaskan, puncak upacara Yadnya Kasada akan dilaksanakan di puncak Gunung Bromo tanggal 16 September pukul 00.00 WIB. Namun untuk melaksanakan upacara Yadnya Kasada, masyarakat suku Tengger akan melaksanakan sejumlah upacara terlebih dulu.
Di antaranaya, upacara mepek yang akan dilaksanakan pada tanggal 14 September malam. Upacara mepek merupakan upacara minta izin (pamitan) kepada yang Mahakuasa Hyang Widi Wasa.
Selanjutnya, tanggal 15 September siang warga suku Tengger akan melaksanakan upacara Tayuban di Pakis Bincil di bibir kaldera Gunung Bromo. Dilanjutkan, puncaknya Yadnya Kasada, 15 September pukul 24.00 atau tanggal 16 pukul 00.00 WIB.
Saat itu seluruh warga suku Tengger di kawasan Gunung Bromo yang meliputi wilayah Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Lumajang melaksanakan larung sesaji ke kawah Gunung Bromo.
Kepala Dinas Pariwiasata dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan, Suwarno yang meninjau persiapan ke Gunung Bromo mengatakan, upacara Yadnya Kasada di Gunung Bromo, secara nasional termasuk salah satu prioritas obyek wisata Jawa Timur yang dikemas untuk menyambut Visit Indonesia Year 2008.
Namun Suwarno mengakui, puncak upacara Yadnya Kasada yang bertepatan dengan bulan Ramadan kurang menguntungkan untuk kegiatan wisata.
Ia memperkirakan, upacara Yadnya Kasada tahun ini kurang menyedot minat wisatawan untuk berkunjung, sehingga Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan kini juga melakukan persiapan penyambutan pengunjung secara sederhana, bahkan sejumlah acara pendukung yang telah disiapkan sebelumnya juga ditunda pelaksanaannya.
Menjelang puncak upacara Yadnya Kasada di pendapa Agung Wonokitri akan digelar pentas seni tradisional suku Tengger. Namun pawai mobil Hardtop yang biasa digunakan untuk mengantar wisatawan akan digelar usai bulan Ramadan nanti.
Suku Tengger Laksanakan Mendak Tirta
Masyarakat suku Tengger di Kawasan Gunung Bromo Jawa Timur, Sabtu (13/9) melaksanakan mendak tirta (mengambil air suci -red) sebagai awal prosesi upacara Yadnya Kasada yang bakal dilaksanakan 15 September.
Masyarakat suku Tengger yang ada di Wilayah Kabupaten Pasuruan melaksanakan upacara mendak tirta di sumber air Gunung Widodaren yang masih berada dalam kawasan Gunung Bromo.
Masyarakat suku Tengger di wilayah Kabupaten Probolinggo melaksanakan mendak tirta di sumber air terjun Madakaripura Sukapura.
Sedangkan masyarakat suku Tengger di wilayah Lumajang melaksanakan mendak tirta di sumber di Kawasan Pura Senduro Lumajang.
Air suci yang diambil dari berbagai tempat itu kemudian dibawa ke Pura Luhur Poten di Gunung Bromo untuk digunakan sebagai kelengkapan upacara Yadnya Kasada pada 15 September.
Upacara mendak tirta di sumber Gunung Widodaren Pasuruan dipimpin Mangku Prawoto. Air suci yang diambil dari sumber Widodaren kemudian dikirab menuju Pura Luhur Poten di Gunung Bromo disandingkan dengan air suci yang diambil dari tempat lain.
Kepala Desa Wonokitri Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan, Wartono, pada hari Minggu (14/9) di Pura Luhur Poten Gunung Bromo akan digelar upacara Piodalan.
Wartono menjelaskan, upacara Piodalan sebenarnya bukan merupakan rangkaian prosesi upacara Yadnya Kasada, tapi upacara ulang tahun Pura.
Upacara digelar sebagai perwujudan rasa syukur umat Hindu kepada yang Mahakuasa.
Sedangkan prosesi Yadnya Kasada yang dilaksanakan setelah mendak tirta dilanjutkan dengan upacara sameninga yang dilaksanakan pada Senin (15/9).
Upacara sameninga merupakan upacara ritual komunikasi antara umat dengan Tuhan yang menguasai jagat raya. Upacara dilaksanakan di Balai Desa masing-masing hingga sore harinya dilanjutkan upacara Mepek yakni upacara untuk melengkapi segala sesaji untuk keperluan upacara Yadnya Kasada.
Ia menyebutkan kelengkapan sesaji Yadnya Kasada terdiri atas Rakatawang dan Rakagenep. Sesaji yang telah lengkap tersebut kemudian dibawa ke Pura Luhur Poten untuk digunakan sebagai kelengkapan upacara Yadnya Kasada pada hari Senin pukul 24.00 WIB.
Dalam prosesi upacara Yadnya Kasada di tengah malam tersebut dilakukan persembahyangan yang merupakan komunikasi antara umat dengan Tuhannya.
Pada Selasa (16/9) pukul 00.00 WIB diteruskan dengan melarung sesaji ke kawah Gunung Bromo. Sesaji yang dilarung berupa hasil pertanian dan lain-lain yang merupakan hasil pokok masyarakat Suku Tengger yang sebagian besar petani sayur.
Larung sesaji yang merupakan bentuk perwujudan atas rasa syukur umat terhadap sang Hyang Widi Wasa. Sesaji yang dilarung pada peringatan Kasada merupakan perwujudan rasa syukur yang diajarkan Roro Anteng dan Joko Seger yang merupakan cikal bakal suku Tengger di Gunung Bromo.
Jika Roro Anteng dan Joko Seger saat itu harus mengorbankan salah satu anak bungsunya Kusuma, kini suku Tengger melaksanakan korban dengan mengganti berupa hasil sayur mayur yang dihasilkan dari ladang-ladang mereka.
PROBOLINGGO--MI:Upacara Yadnya Kasada bagi masyarakat suku Tengger di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur (Jatim), berlangsung aman tanpa khawatir terjadi peningkatan aktivitas gunung. Bahkan, kasada tahun ini lebih lengkap dengan adanya seorang calon dukun baru.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Probolinggo, Jatim, Tutug Edi kepada Media Indonesia, Minggu (14/9), mengatakan menjadi seorang dukun harus memenuhi beberapa syarat yakni lulus tes tulis sejarah suku Tengger, lulus membaca doa dan puji-pujian.
"Seorang calon dukun baru ini sudah lulus tes tulis. Selanjutnya tinggal menjalani tes membaca doa dan puji-pujian," tegasnya.
Pada perayaan Kasada 2007 tidak ada pengukuhan dukun baru, sebab dukunnya masih lengkap yakni sebanyak 44 dukun tersebar di 41 desa yang ada.
Sebagian besar dukun itu umurnya relatif muda antara 25-40 tahun. Sedangkan yang berumur tua hanya 6 orang antara 50-70 tahun. Digelarnya prosesi pengukuhan dukun ini, dimungkinkan salah satu dukun telah meninggal, sehingga perlu diganti dengan dukun yang baru.
Kepala Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Supoyo mengatakan prosesi yang dilakukan warga Tengger pukul 10.00-15.00 WIB memasuki upacara Odolan Pura atau memperingati hari ulang tahun berdirinya pura. Upacara ini digelar setelah pengambilan air suci di Gunung Widodaren sebagai upacara pembuka Yadnya Kasada.
Upacara Kasada ini sebagai wujud rasa syukur masyarakat Tengger kepada Tuhan. Warga berharap prosesi Kasada bisa dilakukan dengan lancar dan aman. "Saat ini kami sedang gotong royong membersihkan Pura Luhur Ponten," tegasnya.
Rangkaian acara Kasada selanjutnya pukul 19.00-20.00 WIB menggelar pengukuhan sesepuh dan dukun baru suku Tengger.
Tes bagi dukun baru ini mendengarkan pembacaan doa dihadapan sesepuh dan dukun lainnya. Bila pembacaan doa calon dukun lancar, maka secara aklamasi dinyatakan lulus, untuk selanjutnya dikukuhkan. Pada Selasa dini hari, ritual dilanjutkan dengan larung sesaji (ngelabuh) di kawah Gunung Bromo.
Warga Suku Tengger dan wisatawan di Gunung Bromo pada perayaan Kasada ini bisa lebih tenang, tidak seperti perayaan tahun 2006 yang terganggu peningkatan aktivitas gunung. (BN/OL-02)
Yadnya Kasada Ritual Keagamaan Suku Tengger
Ritual pelaksanaan Yadnya Kasada yang sudah menjadi tradisiMasyarakat suku Tengger di seputar Gunung Bromo saat
ini sedang mempersiapkan perayaan Yadnya Kasada. Demikian pula yang dilakukan masyarakat di beberapa desa di
Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo.
Ketua Parisade Hindu Dharma Kabupaten Probolinggo Mudjono menerangkan, rangkaian kegiatan Yadnya Kasada
tahun 2008 akan dimulai dengan nanjeb karya gotong royong untuk membersihkan Pura Luhur Poten. Kegiatan gotong
royong di laut pasir ini dilakukan hari Jumat (5/9) lalu diikuti masyarakat suku Tengger di Kabupaten Probolinggo dan
Pasuruan.
Menurutnya, persiapan lain yang dilakukan oleh masyarakat suku Tengger di Probolinggo, Pasuruan, Malang dan
Lumajang adalah memasang penjor, umbul-umbul serta perlengkapan perayaan lainnya. Kegiatan ini direncanakan
berlangsung sehari penuh pada Jum’at (12/9) mendatang.
Dua hari sebelum bulan purnama, tepatnya hari Sabtu (13/9) dilakukan tiga ritual sekaligus yaitu, mendhak tirtha
(mengambil air suci), sepeninga sembayang bersama dan makemit (menjaga air suci). Air suci diambil dari gua di
gunung Widodaren menggunakan sudang (bambu khusus) dan diarak sampai Pura Luhur Poten.
Sehari sebelum purnama, Minggu (14/9) dilakukan Piodalan Pura Luhur Poten dan persiapan Yadnya Kasada. Hari
Senin (15/9) akan dilangsungkan resepsi Yadnya Kasada di Pendopo Agung Desa Ngadisari. Kegiatan yang dimulai
pukul 19.30 Wib ini biasa menampilan beragam seni tradisional khas masyarakat Tengger. Sedikitnya ada lima tari yang
akan ditampilkan, yaitu tari panembromo dari Desa Ngadas, tari Beskalan dari Desa Ngadas, tari anak-anak dari Desa
Jetak dan Desa Ngadisari serta sendratari Joko Seger dan Roro Anteng dari pelajar SMPN dan SMAN Sukapura.
Resepsi ini juga mengagendakan pengukuhan sesepuh suku Tengger dari berbagai pihak, baik dari unsur pemerintah,
dunia usaha maupun tokoh masyarakat. ”Untuk pengukuhan tahun ini, kami masih menunggu kabar dari Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo” kata Mudjono.
Sedangkan pada Selasa (16/9), mulai pulul 00.00-01.00 Wib ritual Yadnya Kasada dimulai. Masyarakat suku Tengger
mulai mempersiapkan pemberangkatan dari pintu gerbang masing-masing. Untuk Kabupaten Probolinggo dusun
Cemara Lawang dipilih sebagai titik pemberangkatan sedangkan di Kabupaten Pasuruan dipusatkan di dusun Dingklik.
Direncanakan prosesi memasuki tempat upacara dan persembahyangan bersama di Pura Luhur Poten dimulai pukul
02.00 Wib. Prosesi Yadnya Kasada sendiri akan dimulai sekitar pukul 03.00 Wib. Acaranya, antara lain pembacaan
sejarah Kasada, Puja Stuti Dukun, Mulunen/Pengukuhan Dukun baru, Mekakat/penutup dan melayani umat yang akan
Nadar di Pura Luhur Poten serta pelaksanaan Korban Suci/Nglabuh di Kawah Bromo.
Sedangkan pada malam harinya, dilaksanakan Pujan Kasada atau pemujaan kepada Sang Hyang Widhi Wasa sebagai
tanda terima kasih atas terselenggaranya Yadnya Kasada tahun ini. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Erlin
Setiawati mengatakan, Pemerintah Kabupaten Probolinggo telah mempersiapkan lomba untuk menyemarakkan Yadnya
Kasada tahun 2008 ini. Diantaranya, lomba kidung, lomba foto, lomba layang-layang, lomba pacuan kuda, dan lomba
pagelaran musik 26 jam. ”Semoga lomba-lomba ini bisa mengundang minat masyarakat luar untuk datang dan
menyaksikan prosesi Yadnya Kasada,” kata Erlin.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar